PT PHM Layarkan Dek Anjungan Migas Lepas Pantai Dari Bintan Ke Kaltim
PT PHM layarkan dek WPN4 dan WPS3 Proyek JSN dari Bintan ke Kalimantan Timur (Foto: Humas PHM) |
PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) selaku operator Wilayah Kerja (WK) Mahakam yang merupakan bagian dari Zona 8 Regional Kalimantan Subholding Upstream dengan dukungan SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) selaku induk usaha, melakukan seremoni proses melayarkan bagian dek (Sail Away Topside) WPN4 dan WPS3 Proyek JSN (Jumelai, North Sisi, North Nubi) pada 4 November 2021 di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
Anjungan WPN4 dan WPS3 akan menempuh perjalanan laut dari Bintan menuju perairan Kalimantan Timur yang diperkiraan memakan waktu sekitar 15 (lima belas) hari untuk kemudian dipasang diatas jacket (kaki-kaki) WPN4 dan WPS3 yang sudah terpasang. Ready for Drilling (RFD) untuk anjungan JML1 ditargetkan siap pada awal Desember 2021, kemudian anjungan WPN4 di akhir Desember 2021, dan anjungan WPS3 di bulan Februari 2022. Proyek JSN secara keseluruhan akan diselesaikan dalam waktu 20 (dua puluh) bulan sejak dari penandatanganan kontrak sebagai tanda dimulainya pekerjaan proyek JSN pada tanggal 30 Juni 2020.
Hadir dalam kegiatan tersebut Deputi Operasi SKK Migas Pusat, Julius Wiratno; Komisaris Utama PHI, Adriansyah; Direktur Utama PHI, Chalid Said Salim; dan General Manager PHM, Agus Amperianto. Dalam sambutannya, Chalid mengatakan kedua anjungan lepas pantai yaitu WPN4 dan WPS3 akan melengkapi pengembangan Proyek JSN di WK Mahakam. “PHI sebagai pengelola aset-aset Pertamina Subholding Upstream Regional Kalimantan terus melaksanakan koordinasi yang intensif dengan SKK Migas dan Pertamina Subholding Upstream melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa dan melibatkan multi stakeholder dari berbagai pihak. “Kami sangat mengapresiasi progress pekerjaan ini sehingga saat ini anjungan lepas pantai WPN4 dan WPS3 telah siap untuk dilayarkan untuk membantu pengembangan Proyek JSN,” katanya. Julius juga menyampaikan apresiasi kepada PHM atas pencapaian luar biasa sebagai salah satu dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Indonesia yang produksinya diatas 100%.
Konstruksi proyek terintegrasi Engineering, Procurement Supply Construction, & Commisioning Jumelai, North Sisi and North Nubi (EPSCC JSN) ini dilakukan oleh PT Meindo Elang Indah sebagai pelaksana proyek. Proyek ini diawali dengan beberapa milestone penting, dimana pemotongan baja pertama dilakukan pada tanggal 1 September 2020 sebagai awal pekerjaan konstruksi. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan fabrikasi 3 (tiga) buah jacket yang telah selesai pada Januari 2021. Saat ini 3 buah jacket tersebut telah terpasang di lapangan South Mahakam dan Sisi Nubi pada April 2021.
General Manager PHM, Agus Amperianto, menyampaikan bahwa setiap anjungan dari Proyek JSN ini didesain untuk kapasitas produksi 45 MMSCFD, dengan biaya investasi sebesar USD 120 Juta. Menurut Agus, ketiga anjungan Proyek JSN ini disiapkan untuk dapat memproduksi gas yang mampu menopang produksi migas dari WK Mahakam sebesar 20% pada tahun 2024.
Lebih lanjut, Agus menyampaikan beberapa prestasi lain dari pelaksanaan Proyek EPSCC JSN diantaranya penyelesaian pengerjaan proyek ini dilakukan di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung dengan pencapaian lebih dari 3 juta jam kerja selamat tanpa Lost Time Injury (LTI).
Adriansyah, Komisaris Utama PHI menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak terutama SKK Migas dan stakeholder terkait lainnya atas kerja sama dan dukungan yang baik sehingga kegiatan melayarkan bagian dek ini dapat terlaksana. Beliau juga berharap proyek JSN ini dapat selesai tepat waktu sesuai dengan target yang telah direncanakan.
PHI melalui anak perusahaannya PHM, terus berinvestasi dalam pengeboran eksplorasi dan eksploitasi untuk menambah cadangan dan memaksimalkan produksi dari lapangan-lapangan migas baik onshore maupun offshore. Ini merupakan komitmen PHI untuk mendukung tercapainya target produksi dan lifting minyak dan gas bumi nasional tahun 2030 yang dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 1 juta barel minyak bumi per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari. (*)
Tidak ada komentar: