kutaikartanegaranews »
News
,
Seni - Budaya
»
Kesultanan Kutai Gelar Prosesi Beluluh dan Menjamu Benua
Kesultanan Kutai Gelar Prosesi Beluluh dan Menjamu Benua
Posted by Admin Rabu, 17 Agustus 2016 |
News,
Seni - Budaya
Sultan Kutai, HAM Salehoeddin II, melaksanakan prosesi ritual Beluluh yang merupakan ritual sakral kesultanan Foto: Hayru Abdi |
Empat hari menjelang pembukaan pesta adat Erau dan International Folk Art Festival (EIFAF) 2016, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menggelar prosesi ritual Beluluh yang diikuti oleh Sultan Haji Adji Mohd Salehoeddin II beserta Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.
Kepala Bidang Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, H Adji Pangeran Haryo Kusumo (APHK) Poeger, mengatakan, Ritual ini bertujuan untuk memberitahukan kepada makhluk halus bahwa Erau akan digelar.
"Beluluh Sultan ini maknanya adalah memberitahukan kepada Kejuntaian Kemumulan (Makhluk halus, red) bahwa Erau akan dilaksanakan. dengan harapan, baik pengunjung maupun pelaksana mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa," ucapnya
Ritual Beluluh, lanjut APHK Poeger, dilakukan oleh seorang Belian yang membaca matra-mantra untuk memohon keselamatan bagi Sultan Kutai yang akan melaksanakan Erau, sekaligus berdoa agar prosesi yang dilaksanakan mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Dalam ritual ini, Sultan Kutai duduk diatas sebuah balai bambu kuning yang berjumlah 41 tiang dan dikelilingi 4 orang kerabat Kesultanan yang membentangkan Kirab Tuhing (kain kuning) diatas kepala Sultan," ujarnya.
"Dalam ritual ini, Sultan Kutai duduk diatas sebuah balai bambu kuning yang berjumlah 41 tiang dan dikelilingi 4 orang kerabat Kesultanan yang membentangkan Kirab Tuhing (kain kuning) diatas kepala Sultan," ujarnya.
Berikutnya, Sultan Kutai melakukan ritual Ketikai Lepas kepada tamu undangan, salah satunya Bupati Kukar, Rita Widyasari.
Usai prosesi ini, Sultan kemudian turun dari balai bambu dan kembali ketempat duduk semula, selanjutnya Putra Mahkota Kesultanan mendapat giliran melaksanakan prosesi serupa.
Usai prosesi ini, Sultan kemudian turun dari balai bambu dan kembali ketempat duduk semula, selanjutnya Putra Mahkota Kesultanan mendapat giliran melaksanakan prosesi serupa.
APHK Poeger mengatakan, Setelah pelaksanaan ritual Beluluh dan hingga berakhirnya Erau, Sultan HAM Salehoeddin II tidak boleh menginjakkan kakinya ke tanah.
"Jadi Sultan tidak boleh menginjakkan kakinya secara langsung ke tanah dan harus diberi alas terlebih dahulu. Ini dilakukan sampai Erau berakhir atau hingga prosesi merebahkan ayu di keraton," terangnya.
Ditambahkannya, usai prosesi sakral Beluluh, sore harinya pihak Kesultanan melaksanakan ritual upacara Menjamu Benua di kelurahan Mangkurawang, Panji dan kelurahan Timbau.
"Menjamu Benua atau memberi makan Benua dimulai dari Kepala Benua di Tanah Habang Mangkurawang, Tengah Benua depan Museum Mulawarman dan Buntut Benua di dekat jembatan Kartanegara, tujuannya mengundang kepada Kejuntaian Kemumulan untuk hadir dalam pelaksanaan Erau," jelasnya. (end)
"Jadi Sultan tidak boleh menginjakkan kakinya secara langsung ke tanah dan harus diberi alas terlebih dahulu. Ini dilakukan sampai Erau berakhir atau hingga prosesi merebahkan ayu di keraton," terangnya.
Ditambahkannya, usai prosesi sakral Beluluh, sore harinya pihak Kesultanan melaksanakan ritual upacara Menjamu Benua di kelurahan Mangkurawang, Panji dan kelurahan Timbau.
"Menjamu Benua atau memberi makan Benua dimulai dari Kepala Benua di Tanah Habang Mangkurawang, Tengah Benua depan Museum Mulawarman dan Buntut Benua di dekat jembatan Kartanegara, tujuannya mengundang kepada Kejuntaian Kemumulan untuk hadir dalam pelaksanaan Erau," jelasnya. (end)
Prosesi Menjamu Benua yang dilakukan di 3 lokasi, Kepala Benua, Tengah Benua dan Buntut Benua Foto: Hendra DS |
Tidak ada komentar: