kutaikartanegaranews »
Bisnis
,
Bisnis - Ekonomi
,
News
»
Petani Pepaya Desa Batu-Batu Raup Omset Jutaan Rupiah Sekali Panen
Petani Pepaya Desa Batu-Batu Raup Omset Jutaan Rupiah Sekali Panen
Herman, Petani pepaya desa Batu-Batu, Kecamatan Muara Badak, Kukar, raup omset jutaan rupiah sekali panen Foto: Fairuz |
Batu-Batu adalah salah satu desa di kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai kartanegara (Kukar). Di desa ini seorang petani bernama Herman mampu menghasilkan lembaran rupiah dari panen buah pepaya di kebunnya sendiri.
Diatas lahan seluas 1 hektare tersebut, Ia mulai menggarap perkebunan pepaya sejak tahun 2015 lalu, dan kini tumbuh 1700 pohon pepaya siap panen. Menurutnya, panen raya pepaya di kebunnya sudah berlangsung dua kali.
Herman yang ditemui pekan lalu mengatakan, untuk buah pepaya yang ditanamnya ada dua jenis, yakni pepaya California dan Thailand. Meski demikian penanaman pepaya ini juga terbentur kendala, seperti perawatan hingga penebaran pupuk.
"Sejak melakukan penanaman kami tidak mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah daerah, tapi harus membeli sendiri. Ya kita harapkan ada bantuan, kalo pendampingan ada dari PPL disini" cetusnya.
Namun sebagai petani pepaya, Herman mengaku tetap bersemangat melakukan aktivitasnya sehari-hari guna merawat dan menjaga ribuan pohon pepaya agar bisa mendapatkan hasil panen yang lebih bagus lagi.
Berkat kesabaran dan ketekunan dalam merawat serta memelihara kebun pepayanya, petani pepaya ini bisa meraup omset jutaan rupiah per minggunya atau setiap kali panen. "Setiap empat hari sekali itu biasanya pepaya yang di panen memiliki berat seratus hingga tiga ratus kilo," ungkapnya.
Sedangkan harga jual pepaya disesuaikan dengan jenisnya, untuk pepaya Thailand dipatok Rp 4 Ribu dan pepaya California seharga Rp 3 Ribu perkilonya. Namun jika bersamaan datangnya musim buah, maka harga jualnya menurun, begitu pula sebaliknya, jika sedang tidak musim buah harganya pun melonjak tinggi.
Untuk pembeli sambung Herman, biasanya ada tengkulak dari sekitar Kaltim yang langsung datang ke kebunnya. "Pembeli ini ada yang datang dari Samarinda, Balikpapan, Bontang dan Kutai Timur, lalu mereka jual lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar di daerah masing-masing," ujarnya. (fz/end)
Tidak ada komentar: